1. Teks berjalan dari kanan ke kiri

"ASALAMUALAIKUM"welcome to my blogger SEDIKIT MEMBANTU DAN BERBAGI

Minggu, 01 Desember 2013

Kisah Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol


A.   Kisah Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol ( KPNTIB )
     Tuanku Imam Bonjol (TIB) (1722-1864), yang diangkatsebagaipahlawannasionalberdasarkam SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973, adalahpemimpinutamaPerangPaderi di Sumatera Barat (1803-1837) yang gigihmelawanBelanda.
     Selama 62 tahun Indonesia merdeka, namaTuanku Imam Bonjolhadir di ruangpublikbangsa: sebagainamajalan, namastadion, namauniversitas, bahkan di lembaranRp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.
     Namun, baru-baruinimunculpetisi, menggugatgelarkepahlawanannya. TIB dituduhmelanggar HAM karenapasukanPaderimenginvasi Tanah Batak (1816-1833) yang menewaskan “jutaan” orang di daerahitu (http://www.petitiononline. com/bonjol/petition.html).
     KekejamanPaderidisorotdenganditerbitkannyabuku MO Parlindungan, PongkinangolngolanSinamabelaGelarTuankuRao: Teror Agama Islam MazhabHambali di Tanah Batak, 1816-1833 (2006) (Edisipertamaterbit 1964, yang telahdikritisiHamka, 1974), kemudianmenyusulkaryaBasyralHamidyHarahap, GregetTuankuRao (2007).
     Keduapenulisnya, kebetulandari Tanah Batak, menceritakanpenderitaannenekmoyangnyadan orang BatakumumnyaselamaserangantentaraPaderi1816-1833 di daerahMandailing, Bakkara, dansekitarnya (Tempo, Oktober 2007).
Mitoskepahlawanan
     Munculnyakoreksiterhadapwacanasejarah Indonesia belakanganinimencuatkankritisismeterhadapkonseppahlawannasional.Kaumintelektualdanakademis, khususnyasejarawan, adalahpihak yang paling bertanggungjawabjikaevaluasiwacanahistorisituhanyamengakibatkanmunculnyafriksi di tingkatdasar yang berpotensimemecahbelahbangsaini.
     Ujung penakaumakademisharustajam, tetapiteks-tekshasiltorehannyaseyogianyatidakmengandung “hawapanas”. Itusebabnyadalamtradisiakademis, kata-kata bernuansasubyektifdalamteksilmiahharusdisingkirkansipenulis.
     Setiapgenerasiberhakmenafsirkansejarah (bangsa)-nyasendiri.Namun, generasibarubangsaini—yang hidupdalamimajiglobalisme—harusmenyadari, negara-bangsaapa pun di duniamemerlukanmitos-mitospengukuhan.     Mitospengukuhanitutidakburuk.Iaadalahunsurpenting yang di-ada-kansebagai “perekat” bangsa. Sosokpahlawannasional, sepertiPangeranDiponegoro, Sultan Hasanuddin, Sisingamangaraja XII, juga TIB, danlainnyaadalahbagiandarimitospengukuhanbangsa Indonesia.
      Jeffrey Hadlerdalam “An History of Violence and Secular State in Indonesia: Tuanku Imam Bondjol and Uses of History” (akanterbitdalam Journal of Asian Studies, 2008) menunjukkan, kepahlawanan TIB telahdibentuksejakawalkemerdekaanhinggazamanOrdeBaru, setidaknyaterkaittigakepentingan.
     Pertama, menciptakanmitostokoh hero yang gigihmelawanBelandasebagaibagianwacanahistorispemersatubangsa.
     Kedua, mengeliminasiwacanaradikalisme Islam dalamupayamenciptakannegara-bangsa yang toleranterhadapkeragaman agama danbudaya.
     Ketiga, “merangkul” kembalietnisMinangkeharibaan Indonesia yang telahmendapat stigma negatifdalampandanganpusatakibatperistiwa PRRI.
     Kita takyakin, sudahadakahbijizarahkeindonesiaan di zamanperjuangan TIB dantokohlokallain yang hidupsezamandengannya, yang kinidikenalsebagaipahlawannasional.
Kita  jugatahupadazamanituperbudakanadalahbagiansistemsosialdanbeberapakerajaantradisional Nusantara     melakukanekspansiteritorialdenganmenyerangbeberapakerajaantetangga.Para pemimpinlokalberperangmelawanBelandakarenadidorongsemangatkedaerahan, bahkanmungkindilatarbelakangikeinginanuntukmempertahankanhegemonisebagaipenguasa yang mendapatsainganakibatkedatanganbangsa Barat.Namun, merekaakhirnyamenjadipahlawannasionalkarenabangsamemerlukanmitospemersatu.
Bukanmanusiasempurna
Takdapatdimungkiri,  PerangPaderimeninggalkankenanganheroiksekaligustraumatisdalammemoribangsa.Selamasekitar 20 tahunpertamaperangitu (1803-1821) praktis yang berbunuhanadalahsesama orang MinangkabaudanMandailingatauBatakumumnya.
                                                                           CampurtanganBelandadalamperangituditandaidenganpenyeranganSimawangdanSulit Air olehpasukanKaptenGoffinetdanKaptenDienemaawal April 1821 atasperintahResiden James du Puy di Padang.Kompenimelibatkandiridalamperangitukarena “diundang” kaumAdat.
      Pada 21 Februari 1821 merekaresmimenyerahkanwilayahdarek (pedalamanMinangkabau) kepadaKompenidalamperjanjian yang diteken di Padang, sebagaikompensasikepadaBelanda yang   bersediamembantumelawankaumPaderi. Ikut“mengundang” sisakeluargaDinastiPagaruyung di bawahpimpinan Sultan Muningsyah yang selamatdaripembunuhanolehpasukanPaderi yang dipimpinTuankuPasaman di Koto Tangah, dekatBatuSangkar, pada 1815 (bukan 1803 sepertidisebutParlindungan, 2007:136-41).
     Namun, sejakawal 1833 perangberubahmenjadiperangantarakaumAdatdankaum Agama melawanBelanda.MemorieTuanku Imam Bonjol (MTIB)—transliterasinyaolehSjafnirAboe Nain (Padang: PPIM, 2004), sebuahsumberpribumi yang pentingtentangPerangPaderi yang cenderungdiabaikansejarawanselamaini—mencatat, bagaimanakeduapihakbahu-membahumelawanBelanda.
     Pihak-pihak yang semulabertentanganakhirnyabersatumelawanBelanda.Di ujungpenyesalanmunculkesadaran, mengundangBelandadalamkonflikjustrumenyengsarakanmasyarakatMinangkabausendiri.
     Dalam MTIB, terefleksi rasa penyesalan TIB atastindakankaumPaderiatassesama orang MinangdanMandailing. TIB sadar, perjuangannyasudahmelencengdariajaran  agama.“AdapunhukumKitabullahbanyaklah yang terlampaudekolehkita.Bagaimanapikirankita?”(AdapunbanyakhukumKitabullah yang sudahterlangkahiolehkita.Bagaimanapikiran kalian?), tulis TIB dalam MTIB (hal 39).
      Penyesalandanperjuanganheroik TIB bersamapengikutnyamelawanBelanda yang mengepungBonjoldarisegalajurusanselamasekitarenambulan (16 Maret-17 Agustus 1837)—sepertirincidilaporkan De Salisdalam Het eindePadriOorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837: Eenbronnenpublicatie [AkhirPerangPaderi: PengepungandanPerampasanBonjol 1834-1837; SebuahPublikasiSumber] (2004): 59-183—mungkindapatdijadikanpertimbanganuntukmemberimaafbagikesalahandankekhilafan yang telahdiperbuat TIB.
      Kinibangsainilah yang harusmenentukan, apakah TIB akantetapditempatkanatauditurunkandari “tandukepahlawanannasional” yang telah “diarak” oleh generasi terdahulubangsainidalamkolektifmemorimereka



















B.     Kesimpulan

  Dari cerita perjuangan pahlawan nasional kita Tuanku Imam Bonjol kita dapat mengambil semua hikmah yang terkandung di dalam cerita dan kehidupan dimasa perjuangan nya.
      Yang perlu diingat adalah bagemana cara nya untuk bisa menerima atau menghargai jerih payahnya perjuangan pahlawan kita ini memperjuangkan tanah minag dari tangan belanda  meskipun banyak berita atau informasi yang belum jelas kebenarannya tentang keraguan terhadap kepahlawananya.
Yang dapat diambil dari cerita ini adalah :
      Pertama, menciptakanmitostokoh hero yang gigihmelawanBelandasebagaibagianwacanahistorispemersatubangsa.
     Dari sisni sikap pemberanianya melawan pasukan belanda kita dapat mengaprisiasikan gelar sebagei pahlawan di erra nya, mudah – mudahan di era sekarang ini ada juga yang meniru sifat kepahlawananya.
      Kedua, mengeliminasiwacanaradikalisme Islam dalamupayamenciptakannegara-bangsa yang toleranterhadapkeragaman agama danbudaya.
     Yang satu ini sagat berpengaruh terhadap konflik kepercayaan agama dan  budaya nya masing – masing,karena apa dinegara indonesia kita ini saja beranekaragaman suku,adat dan agama  tapi Tuanku Imam Bonjol ( TIB ) bisa MENCIPTAKAN negara – negara yang toleran terhadap keragaman agama dan budaya.
         Ketiga, “merangkul” kembalietnisMinangkeharibaan Indonesia yang telahmendapat stigma negatifdalampandanganpusatakibatperistiwa PRRI.
       Dari itu konsepdari sebagian kecil perjuangan Tuanku Imam Bonjol ( TIB ) yaitu merangkul kembali etnis minag.
     Mungkin hanya itu yang bisa saya ambil kesimpulan dari cerita Tuanku Imam bonjol ( TIB ) setelah membaca,   mudah – mudahan kita di jaman sekarang ini masih ada pahlawan – pahlawan kaya beliau.