Pengertian Kepemimpinan
Dari akar kata “pimpin” kita mengenal
kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, halaman 549 kata
“kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan
sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan Itu ditandai
oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusla yang seorang itu.
Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan
kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Dalam Webster’s New World Dictionary of the American Language/ kata leadership adalah the position or guidance of a leader atau “the ability to lead”, dan kata leader adalah “a person or thing that leades; directing, commanding, or guiding head, as a group or activity”.
Dalam buku psikologi antara lain dikatakan bahwa “leadership is a relation of an individual to a group, established in the interests of achieving ,some end”. Bayangkan bahwa jumlah kelompok itu banyak, begitu juga jumlah tujuan itu banyak dan cara mencapainya pula. Dalam buku Foundations of Psychology itu dinyatakan bahwa seorang pem.impin yang sukses tergantung dua syarat dalam garis besarnya. Pertama, bahwa pemimpin itu “must share the values, attitudes and interests of the group. This psychological similarity is necessary for the identification of the followers with the leaders”. Syarat kedua, adalah bahwa kualitas pemimpin itu lebih tinggi dari para pengikutnya, akan tetapi tetap bersifat komunikatif dengan yang dipimpinnya.
Mengingat masalah kepemimpinan adalah masalah yang sudah tua umurnya, maka wajarlah kalau terdapat sejumlah tokoh ilmu perigetahuan yang raendalaminya. Juga di Indonesia hal ini berkembang relatif pesat, apalagi setelah kita memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itu perhatian kita sebagai bangsa relatif besar dalam hal ini, balk secara teoritis maupun secara praktis.
Para penulis buku kepemimpinan di Indonesia, antara lain seperti Drs. Wahyo Sumidjo, Prof. Pamudji, Ir. Suyamto, dan Iain-lain, dalam gar is besarnya membahas tentang definisi kepemimpinan. Mereka telah mengutip dan atau menterjemahkan hasil rumusan para tokoh senior asing
dalam hal ini, misalnya seperti:
1) Ralph Mtogdill (1950)
Leadership is a process of ipfluencing the activities of an organized group in its task of goal setting and goal achievement”.
2) Fred E, Fiedler (1967)
“Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement”. *
3) Martin J. Gannon (1982)
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in organization”.
4) Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard (1982)
Leadership is the process of influacing the activities of an individual or a group in efforts toward goal achievement in a given situation”.
5) George R. Terry (1972)
“Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires”.
6)Robert Tennenbaum, Irving R. Weschler dan Fred Massarik (1961). “We define leadership as interpersonal influence, exercise in situation and directed through the communication process, toward the attainment of a specific goal or goals”.
7)Richard N. Osborn, James G. Hunt dan Lawrence R Jauch (1980)
- “Leadership – all ways in which one person exert influence over others”.
8) R.D. Agarwal (1982)
“Leadership is the art of influencing others to direct their will, abilities and efforts to the achievement of leader’s goals. In the context of organization, leadership lies in influencing individual and group effort toward the optimum achievement of organizational objectives”.
9) Harold Korntz & Cirill O’Donnell (1976)
“Leaderships in the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”.
Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa perumusan tentang kepemimpinan bertitik tolak pada tiga hal. Pertama, ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin. Kedua, ada yang memberikan penekanan kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin. Ketiga, Mda yang memberikan penekanan kepada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.
Dalam Webster’s New World Dictionary of the American Language/ kata leadership adalah the position or guidance of a leader atau “the ability to lead”, dan kata leader adalah “a person or thing that leades; directing, commanding, or guiding head, as a group or activity”.
Dalam buku psikologi antara lain dikatakan bahwa “leadership is a relation of an individual to a group, established in the interests of achieving ,some end”. Bayangkan bahwa jumlah kelompok itu banyak, begitu juga jumlah tujuan itu banyak dan cara mencapainya pula. Dalam buku Foundations of Psychology itu dinyatakan bahwa seorang pem.impin yang sukses tergantung dua syarat dalam garis besarnya. Pertama, bahwa pemimpin itu “must share the values, attitudes and interests of the group. This psychological similarity is necessary for the identification of the followers with the leaders”. Syarat kedua, adalah bahwa kualitas pemimpin itu lebih tinggi dari para pengikutnya, akan tetapi tetap bersifat komunikatif dengan yang dipimpinnya.
Mengingat masalah kepemimpinan adalah masalah yang sudah tua umurnya, maka wajarlah kalau terdapat sejumlah tokoh ilmu perigetahuan yang raendalaminya. Juga di Indonesia hal ini berkembang relatif pesat, apalagi setelah kita memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itu perhatian kita sebagai bangsa relatif besar dalam hal ini, balk secara teoritis maupun secara praktis.
Para penulis buku kepemimpinan di Indonesia, antara lain seperti Drs. Wahyo Sumidjo, Prof. Pamudji, Ir. Suyamto, dan Iain-lain, dalam gar is besarnya membahas tentang definisi kepemimpinan. Mereka telah mengutip dan atau menterjemahkan hasil rumusan para tokoh senior asing
dalam hal ini, misalnya seperti:
1) Ralph Mtogdill (1950)
Leadership is a process of ipfluencing the activities of an organized group in its task of goal setting and goal achievement”.
2) Fred E, Fiedler (1967)
“Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement”. *
3) Martin J. Gannon (1982)
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in organization”.
4) Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard (1982)
Leadership is the process of influacing the activities of an individual or a group in efforts toward goal achievement in a given situation”.
5) George R. Terry (1972)
“Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires”.
6)Robert Tennenbaum, Irving R. Weschler dan Fred Massarik (1961). “We define leadership as interpersonal influence, exercise in situation and directed through the communication process, toward the attainment of a specific goal or goals”.
7)Richard N. Osborn, James G. Hunt dan Lawrence R Jauch (1980)
- “Leadership – all ways in which one person exert influence over others”.
8) R.D. Agarwal (1982)
“Leadership is the art of influencing others to direct their will, abilities and efforts to the achievement of leader’s goals. In the context of organization, leadership lies in influencing individual and group effort toward the optimum achievement of organizational objectives”.
9) Harold Korntz & Cirill O’Donnell (1976)
“Leaderships in the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”.
Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa perumusan tentang kepemimpinan bertitik tolak pada tiga hal. Pertama, ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin. Kedua, ada yang memberikan penekanan kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin. Ketiga, Mda yang memberikan penekanan kepada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.
Leadership dan Headship
Pada umumnya kata leadership diterjemahkan sebagai Kepemimpinan, tetapi headship sebaiknya diterjemahkan sebagai apa? Leadership dapat ditafsirkan dalam dua pengertian. Pertama, meliputi pengertian headship dan kedua, leadership ditafsirkan berbeda dengan headship.
Bass misalnya mendefinisikan leadership dalam arti luas, dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Akan dapat puladidef.inisikan secara lebih sempit, seperti misalnya yang dilakukan oleh C.A Gibb (1969), yang membedakan antara leadership dengan headship sebagai berikut:
1)Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
2)Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.
3)Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
4)Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.
5)Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
Sedangkan kewibawaan seorang kepala (the head) timbul karena adanya kekuasaan dari luar kelompok yang mendukung seseorang itu terhadap kelompok yang bersangkutan, yang tidak dapat disebut sebagai para pengikut sesungguhnya. Mereka menerima dominasi kepalanya (headship) dalam hal penderitaan suatu hukuman (punishment) daripada upaya pengikutnya dalam arti menginginkan hadiah (reward).
Kochan, Schmidt dan de Cotties (1975), menurut Bass, setuju dengan pendapat Gibb karena mereka melihat bahwa para manajer, para pemimpin pelaksana, para pejabat dan Iain-lain dalam kenyataannya lebih banyak melakukan berbagai hal, lebih dari sekedar hanya memimpin saja. Kita tak dapat menafsirkan begitu saja bahwa, misalnya seseorang yang mengikuti semua tatacara seremonial dalam anggota. Akan tetapi menurut definisi yang lebih luas, bagi Bass (1960) pimpinan/seorang kepala (head) adalah merupakan konsekuensi dari kedudukan (status) mereka, jadi merupakan suatu kekuasaan dari jabatan yang dipegangnya. Tanpa kedudukan semacam itu, para pemimpin (leader) masih dapat mencapai tujuan, apabila kekuasaannya itu betul-betul sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok yang dipimpinnya.
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship). Pengertian kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik antara bawahannya.
Dari pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas bahwa kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau perintah-perintahnya.
Dengan kata lain, membicarakan tentang kepemimpinan, kita akan berbicara tentang pemimpin, tentang yang dipimpin, tentang interaksi keduanya, tentang tujuan yang hendak dicapai, tentang situasi, tentang sekelompok orang yang berada dalam, satu organisasi tertentu.
Ini berarti kita perlu mengetahui secara singkat tentang apa organisasi itu. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang, yang diadakan untuk mencapai tujuan bersaiqa. Di samping tujuan syarat terbentuknya organisasi juga adanya hubungan, kemauan dan kesesuaian para anggota untuk bekerja sama. Bentuk organisasi bisa formal dan informal, begitulah antara lain pengertiannya secara singkat menurut Ensiklopedi Indonesia, jilid 4. Darwin Cartwright, merumuskan organisasi sebagai “an arrangement of interdependen parts, each having a special function with respect to the whole”. Studi mengenai organisasi manusia ini juga merupakan studi khusus yang mendalam dan roeluas, seperti tergambar dalam buku Handbook of Organizations, dengan
Pada umumnya kata leadership diterjemahkan sebagai Kepemimpinan, tetapi headship sebaiknya diterjemahkan sebagai apa? Leadership dapat ditafsirkan dalam dua pengertian. Pertama, meliputi pengertian headship dan kedua, leadership ditafsirkan berbeda dengan headship.
Bass misalnya mendefinisikan leadership dalam arti luas, dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Akan dapat puladidef.inisikan secara lebih sempit, seperti misalnya yang dilakukan oleh C.A Gibb (1969), yang membedakan antara leadership dengan headship sebagai berikut:
1)Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
2)Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.
3)Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
4)Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.
5)Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
Sedangkan kewibawaan seorang kepala (the head) timbul karena adanya kekuasaan dari luar kelompok yang mendukung seseorang itu terhadap kelompok yang bersangkutan, yang tidak dapat disebut sebagai para pengikut sesungguhnya. Mereka menerima dominasi kepalanya (headship) dalam hal penderitaan suatu hukuman (punishment) daripada upaya pengikutnya dalam arti menginginkan hadiah (reward).
Kochan, Schmidt dan de Cotties (1975), menurut Bass, setuju dengan pendapat Gibb karena mereka melihat bahwa para manajer, para pemimpin pelaksana, para pejabat dan Iain-lain dalam kenyataannya lebih banyak melakukan berbagai hal, lebih dari sekedar hanya memimpin saja. Kita tak dapat menafsirkan begitu saja bahwa, misalnya seseorang yang mengikuti semua tatacara seremonial dalam anggota. Akan tetapi menurut definisi yang lebih luas, bagi Bass (1960) pimpinan/seorang kepala (head) adalah merupakan konsekuensi dari kedudukan (status) mereka, jadi merupakan suatu kekuasaan dari jabatan yang dipegangnya. Tanpa kedudukan semacam itu, para pemimpin (leader) masih dapat mencapai tujuan, apabila kekuasaannya itu betul-betul sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok yang dipimpinnya.
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship). Pengertian kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik antara bawahannya.
Dari pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas bahwa kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau perintah-perintahnya.
Dengan kata lain, membicarakan tentang kepemimpinan, kita akan berbicara tentang pemimpin, tentang yang dipimpin, tentang interaksi keduanya, tentang tujuan yang hendak dicapai, tentang situasi, tentang sekelompok orang yang berada dalam, satu organisasi tertentu.
Ini berarti kita perlu mengetahui secara singkat tentang apa organisasi itu. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang, yang diadakan untuk mencapai tujuan bersaiqa. Di samping tujuan syarat terbentuknya organisasi juga adanya hubungan, kemauan dan kesesuaian para anggota untuk bekerja sama. Bentuk organisasi bisa formal dan informal, begitulah antara lain pengertiannya secara singkat menurut Ensiklopedi Indonesia, jilid 4. Darwin Cartwright, merumuskan organisasi sebagai “an arrangement of interdependen parts, each having a special function with respect to the whole”. Studi mengenai organisasi manusia ini juga merupakan studi khusus yang mendalam dan roeluas, seperti tergambar dalam buku Handbook of Organizations, dengan
editor James G. March yang diuraikan
setebal 1247 halaman. Dalam bab 1, Darwin Cartwright, khusus mengupas tentang
“influence leadership control”. la berbicara tentang orang yang berpengaruh,
tentang teknik mempengaruhi dan tentang orang-orang yang dipengaruhi.
Studi tentang orang yang berpengaruh ini atau the agent exerting influence Darwin Cartwright menyimpulkan bahwa: “Most theoriets agree/ however, that a major base of influence is the possession, or control, of valued resources, provided these can be used to facilitate or kinder the goal attainment of an other agent”. Di samping pentingnya sumber tertentu yang dipunyai oleh pemimpin, ia perlu motivasi untuk menjawab mengapa ia mau dan mampu mempengaruhi orang-orang lain. Tujuan kelompok itu juga merupakan tujuan pemimpin itu, tetapi tidak dengan sendirinya, sebaliknya dalam arti tidak semua tujuan yang akan dicapai pemimpin itu dengan sendirinya adalah juga tujuan kelompok itu. Ini disebabkan karena kebutuhan, kesempatan, motivasi tujuan dan harapan pemimpin sebagai pribadi dapat lebih banyak, dan lebih majemuk dari kelompok yang dipimpinnya pada umumnya. Mengenai teknik mempengaruhi telah dilakukan berbagai studi, misalnya Russel (1938), Gilman (1962), Hartanyi (1962). Tentang kelompok yang dipimpin telah dilakukan berbagai studi pula misalnya oleh: Kahn dan Katz (1960), Likert (1961), Argyris (1957).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas ketiga hal tersebut secara singkat. Pertama, tentang orang yang berpengaruh dalam organisasi. Banyak teori yang mengemukakan bahwa dasar sumber daya yang dipunyai seorang pemimpin itu dapat terdiri atas: “all the resources opportunities, acts, objects, etc. That he can exploit in order to effect the behavior of another”. Tetapi hal ini perlu jelas, bahwa tidak semua sumber daya itu dengan sendirinya akan d.ijadikan sebagai alat kekuasaan. Schulze (1958) menyimpulkan bahwa ” One should not assume the necessity of any neat, constant, and direct relationship between power as a potential for determinative action, and power as determinative action, itself”. Lippits dan kawan-kawan membedakan .istilah “behavioral contagion” yaitu tingkah laku meniru secara spontan tanpa ada yang menyuruh dan istilah “direct influence”, yaitu tingkah laku seseorang yang secara sadar dan sengaja untuk mempengaruhi kelompok sasarannya agar mengikuti tingkah lakunya.
Kedua, mengenai teknik mempengaruhi. Russel (1938) dalam menganalisa kekuasaan dalam masyarakat membedakan tiga cara mempengaruhi orang lain dengan jalan (a) secara fisik (by dirrect physical power over his body), (b) dengan memberi hadiah atau hukuman (by rewards and punishments employed) dan (c) dengan mempengaruhi pendapatnya (by influence on opinion). Gilman (1962) menampilkan empat metode, yaitu (a) paksaan (coercion), (b) manipulasi manipulation), (c) otoritas (authority) dan (d) persuasi (persuasion). Harsanyi 1962)
lebih tertarik pada pengaruh di bidang ekonomi, melihat empat cara pula (a) dengan insentif (incentives), (b) dengan hadiah dan ‘hukuman (rewards and punistmends), (c) dengan memanipulasi informasi (supply information or misinformation) dan (d) dengan menggunakan kekuasaan (authority).
Ketiga, mengenai kelompok yang dipimpin. Kahn dan Katz (1960) dan Likert (1961) telah menyusun rangkuman dari sejumlah penelitian yang menyangkut mengenai “the effects of closenees of supervision”. Studi ini menunjukkan bahwa penyelia (supervisor), ternyata berbeda dalam hal misalnya seberapa sering mereka mengecek bawahannya/ atau seberapa sering member.! instruksi, atau seberapa luas kebebasan yang diijinkan sepanjang menyangkut jumlah kerja dan pilihan metoda. Mak.in umum corak supervisinya akan makin kurang dekat kelompok yang dipimpin.
Sebenarnya, dalam buku kepustakaan yang menyangkut organisasi umumnya yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan dan pengawasan pada khususnya telah banyak diteliti. Dan hal ini tak mungkin diungkapkan semuanya di sini. yang penting telah mempelajari sekedarnya tentang pengertian kepemimpinan, tentang definisinya, tentang studi mengenai organisasi, tentang studi mengenai orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi, dan kelompok yang menjadi ‘sasaran pengaruh sekedarnya.
Seperti telah disinggung di muka, bahwa kepemimpinan yang kita pelajari dalam hal ini, adalah salah satu bagian ilmu sosial yang dalam garis besarnya dipelajari secara interdisipliner sebagai cabang ilmu administrasi, ilmu manajemen dan ilmu pemerintahan, Jadi bukan kepemimpinan di bidang lain, mengingat hal ini telah berkembang menyangkut berbagai jenis kepemimpinan.
Kepemimpinan di bidang ilmu administrasi
Dalam kata administrasi, terkandung pengertian tentang segala proses pelaksanaan tindakan kerjasama “sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”, begitu menurut Ensiklopedi Indonesia jilid 1, halaman 82. Apabila ini diterapkan pada organisasi yang bernama negara, maka kita dapat menggunakannya secara lebih khusus, yaitu administrasi negara. Secara historis, administrasi negara di Indonesia, dahulu digunakan dengan kata “administratie” dalam bahasa Belanda atau dalam bahasa Inggris, lazimnya digunakan kata “public administration”. Sudah jelas, artinya secara khusus akan berbeda, karena tujuan negara Republik Indonesia tidak sama dengan negara lain, akan tetapi secara akademik, ada bagian-bagian yang bersifat universal. Sebagai contoh dapat dikatakan, bahwa pada umumnya dalam derajat tertentu tujuan suatu negara adalah memberikan pelayanan kepada warga negaranya, keluarga dan mfesyarakat dari negara yang bersangkutan.
Oleh karena itu, apabila kita membicarakan kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, kita akan berbicara tentang organisasi yang disebut negara, tentang manusianya, yang disebut aparatur negara, dan tentang tata kerjanya sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja yang berlaku dalam negara itu, dalam arti yang seharusnya ditaati oleh aparatur dan warganegaranya.
Jadi membahas kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan, prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan.
Robert L. Peabody dan Francis E. Rourke, te.lah menulis tentang penelitian yang menyangkut public bureaucracies di negara-negara yang makin majemuk administrasinya. Dalam garis besarnya, studi tentang kepemimpinan telah makin mendekati. Mereka membedakan antara istilah leadership dan authority. Leadership lebih komprehensif daripada authority. Di samping itu leadership perlu dibedakan lagi sebagai kualitas pribadi dan leadership sebagai fungsi organisasi. Bavelos menjelaskan perbedaan ini sebagai berikut:
“The first refers to a special co.noination of personal
ciiaracteristics; the second refers to the distcibution throughout
an organisation of decision, making powers”.
Yang pertama, mengacu pada kualitas dan kemampuan pribadi; sedang yang kedua mengacu pada pola-pola kekuatan dan kekuasaan da lain ocganisasi yang bersangkutan. Keduanya penting dan berguna,, akan tetapi k.ifea perlu sadar membicarakan dalam arti yang mana dan mengetahui dalam kondisi .apa keduanya perlu dipertimbangkan bersama agar dapat ineitiahami situasi cirganisasi yang bersangkutan secara khusus.
Banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang telah meneliti dan menyusun berbagai teori mengenai perilaku organisasi, misalnya seperti Bernard (1933), Blan & Scott (1962), Etzioni (1961) dan lain sebagainya.
Sepanjang menyangkut birokrasi public lingkungan sangat perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya sangat besar dalam pelaksanaannya.
Studi tentang orang yang berpengaruh ini atau the agent exerting influence Darwin Cartwright menyimpulkan bahwa: “Most theoriets agree/ however, that a major base of influence is the possession, or control, of valued resources, provided these can be used to facilitate or kinder the goal attainment of an other agent”. Di samping pentingnya sumber tertentu yang dipunyai oleh pemimpin, ia perlu motivasi untuk menjawab mengapa ia mau dan mampu mempengaruhi orang-orang lain. Tujuan kelompok itu juga merupakan tujuan pemimpin itu, tetapi tidak dengan sendirinya, sebaliknya dalam arti tidak semua tujuan yang akan dicapai pemimpin itu dengan sendirinya adalah juga tujuan kelompok itu. Ini disebabkan karena kebutuhan, kesempatan, motivasi tujuan dan harapan pemimpin sebagai pribadi dapat lebih banyak, dan lebih majemuk dari kelompok yang dipimpinnya pada umumnya. Mengenai teknik mempengaruhi telah dilakukan berbagai studi, misalnya Russel (1938), Gilman (1962), Hartanyi (1962). Tentang kelompok yang dipimpin telah dilakukan berbagai studi pula misalnya oleh: Kahn dan Katz (1960), Likert (1961), Argyris (1957).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas ketiga hal tersebut secara singkat. Pertama, tentang orang yang berpengaruh dalam organisasi. Banyak teori yang mengemukakan bahwa dasar sumber daya yang dipunyai seorang pemimpin itu dapat terdiri atas: “all the resources opportunities, acts, objects, etc. That he can exploit in order to effect the behavior of another”. Tetapi hal ini perlu jelas, bahwa tidak semua sumber daya itu dengan sendirinya akan d.ijadikan sebagai alat kekuasaan. Schulze (1958) menyimpulkan bahwa ” One should not assume the necessity of any neat, constant, and direct relationship between power as a potential for determinative action, and power as determinative action, itself”. Lippits dan kawan-kawan membedakan .istilah “behavioral contagion” yaitu tingkah laku meniru secara spontan tanpa ada yang menyuruh dan istilah “direct influence”, yaitu tingkah laku seseorang yang secara sadar dan sengaja untuk mempengaruhi kelompok sasarannya agar mengikuti tingkah lakunya.
Kedua, mengenai teknik mempengaruhi. Russel (1938) dalam menganalisa kekuasaan dalam masyarakat membedakan tiga cara mempengaruhi orang lain dengan jalan (a) secara fisik (by dirrect physical power over his body), (b) dengan memberi hadiah atau hukuman (by rewards and punishments employed) dan (c) dengan mempengaruhi pendapatnya (by influence on opinion). Gilman (1962) menampilkan empat metode, yaitu (a) paksaan (coercion), (b) manipulasi manipulation), (c) otoritas (authority) dan (d) persuasi (persuasion). Harsanyi 1962)
lebih tertarik pada pengaruh di bidang ekonomi, melihat empat cara pula (a) dengan insentif (incentives), (b) dengan hadiah dan ‘hukuman (rewards and punistmends), (c) dengan memanipulasi informasi (supply information or misinformation) dan (d) dengan menggunakan kekuasaan (authority).
Ketiga, mengenai kelompok yang dipimpin. Kahn dan Katz (1960) dan Likert (1961) telah menyusun rangkuman dari sejumlah penelitian yang menyangkut mengenai “the effects of closenees of supervision”. Studi ini menunjukkan bahwa penyelia (supervisor), ternyata berbeda dalam hal misalnya seberapa sering mereka mengecek bawahannya/ atau seberapa sering member.! instruksi, atau seberapa luas kebebasan yang diijinkan sepanjang menyangkut jumlah kerja dan pilihan metoda. Mak.in umum corak supervisinya akan makin kurang dekat kelompok yang dipimpin.
Sebenarnya, dalam buku kepustakaan yang menyangkut organisasi umumnya yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan dan pengawasan pada khususnya telah banyak diteliti. Dan hal ini tak mungkin diungkapkan semuanya di sini. yang penting telah mempelajari sekedarnya tentang pengertian kepemimpinan, tentang definisinya, tentang studi mengenai organisasi, tentang studi mengenai orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi, dan kelompok yang menjadi ‘sasaran pengaruh sekedarnya.
Seperti telah disinggung di muka, bahwa kepemimpinan yang kita pelajari dalam hal ini, adalah salah satu bagian ilmu sosial yang dalam garis besarnya dipelajari secara interdisipliner sebagai cabang ilmu administrasi, ilmu manajemen dan ilmu pemerintahan, Jadi bukan kepemimpinan di bidang lain, mengingat hal ini telah berkembang menyangkut berbagai jenis kepemimpinan.
Kepemimpinan di bidang ilmu administrasi
Dalam kata administrasi, terkandung pengertian tentang segala proses pelaksanaan tindakan kerjasama “sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”, begitu menurut Ensiklopedi Indonesia jilid 1, halaman 82. Apabila ini diterapkan pada organisasi yang bernama negara, maka kita dapat menggunakannya secara lebih khusus, yaitu administrasi negara. Secara historis, administrasi negara di Indonesia, dahulu digunakan dengan kata “administratie” dalam bahasa Belanda atau dalam bahasa Inggris, lazimnya digunakan kata “public administration”. Sudah jelas, artinya secara khusus akan berbeda, karena tujuan negara Republik Indonesia tidak sama dengan negara lain, akan tetapi secara akademik, ada bagian-bagian yang bersifat universal. Sebagai contoh dapat dikatakan, bahwa pada umumnya dalam derajat tertentu tujuan suatu negara adalah memberikan pelayanan kepada warga negaranya, keluarga dan mfesyarakat dari negara yang bersangkutan.
Oleh karena itu, apabila kita membicarakan kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, kita akan berbicara tentang organisasi yang disebut negara, tentang manusianya, yang disebut aparatur negara, dan tentang tata kerjanya sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja yang berlaku dalam negara itu, dalam arti yang seharusnya ditaati oleh aparatur dan warganegaranya.
Jadi membahas kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan, prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan.
Robert L. Peabody dan Francis E. Rourke, te.lah menulis tentang penelitian yang menyangkut public bureaucracies di negara-negara yang makin majemuk administrasinya. Dalam garis besarnya, studi tentang kepemimpinan telah makin mendekati. Mereka membedakan antara istilah leadership dan authority. Leadership lebih komprehensif daripada authority. Di samping itu leadership perlu dibedakan lagi sebagai kualitas pribadi dan leadership sebagai fungsi organisasi. Bavelos menjelaskan perbedaan ini sebagai berikut:
“The first refers to a special co.noination of personal
ciiaracteristics; the second refers to the distcibution throughout
an organisation of decision, making powers”.
Yang pertama, mengacu pada kualitas dan kemampuan pribadi; sedang yang kedua mengacu pada pola-pola kekuatan dan kekuasaan da lain ocganisasi yang bersangkutan. Keduanya penting dan berguna,, akan tetapi k.ifea perlu sadar membicarakan dalam arti yang mana dan mengetahui dalam kondisi .apa keduanya perlu dipertimbangkan bersama agar dapat ineitiahami situasi cirganisasi yang bersangkutan secara khusus.
Banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang telah meneliti dan menyusun berbagai teori mengenai perilaku organisasi, misalnya seperti Bernard (1933), Blan & Scott (1962), Etzioni (1961) dan lain sebagainya.
Sepanjang menyangkut birokrasi public lingkungan sangat perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya sangat besar dalam pelaksanaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar